Model-model
sikap yang berkembang akan mempunyai relevansi bagi para pemasar jika model itu
mampu memprediksi perilaku konsumen. Sikap adalah pernyataan evaluatif
terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang
terhadap sesuatu, sedangkan perilaku
adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar. Untuk mengetahui bagaimana
sikap bisa memprediksi perilaku kita bisa
menggunakan teori Reasoned Action dan fishbein. Menurut teori ini pengukuran
sikap tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merek
produk bukan mengggunakan merek itu sendiri sehingga akan menentukan tingkat
kepuasan. Penilaian kepercayaan pada model reasoned action adalah menilai
kepercayaan konsumen yang membentuk perilaku karena lebih memikirkan akibat
dari tindakan yang dilakukan, adapun pada model multiatribut, penilaian
kepercayaan lebih apakah suatu objek mempunyai atribut tertentu atau tidak.
Pada model ini melibatkan variable lain yaitu berupa norma-norma social yang
turut mempengaruhi sikap seseorang.
Terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi bagaimana sikap mempengaruhi perilaku, petty,
cacioppo dan goldman(1981) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi
perilaku oleh sikap, yaitu:
a.
Keterlibatan konsumen. Dalam keputusan
pembelian sikap memungkinkan untuk memprediksi perilaku dalam tingkat
keterlibatan yang tinggi.
b.
Pengukuran sikap. Pengukuran sikap
seharusnya dapat diandalkan dan sahih. Pertanyaaan tentang sikap konsumen
seharusnya lebih spesifik.
Jika konsumen ingin membeli sebuah mobil untuk 6 bulan yang akan datang, maka pengukuran sikap dan hubungannya dengan perilaku yang melibatkan parameter waktu. Rentang waktu yang lebih lama akan mempunyai hubungan yang kurang kuat.
Jika konsumen ingin membeli sebuah mobil untuk 6 bulan yang akan datang, maka pengukuran sikap dan hubungannya dengan perilaku yang melibatkan parameter waktu. Rentang waktu yang lebih lama akan mempunyai hubungan yang kurang kuat.
c.
Pengaruh orang lain. Keinginan oranag
lain terhadap pembelian, dan juga motivasi konsumen untuk menuruti keinginan
itu mempengaruhi kemampuan sikap memprediksi perilaku.
d.
Faktor situasioanal. Faktor tersebut
meliputi liburan, kekurangan waktu, sakit, dan hal-hal lain yang dapat
menghalangi dan menyebabkan sikap tidak dapat memprediksi perilaku dengan baik.
e.
Pengaruh merk lain. Walaupun sikap
terhadap suatu merk cukup tinggi, tapi jika sikap terhadap merk lain lebih
tinggi, maka merk lain akan lebih mungkin untuk dibeli.
Assael(1997)
mengemukakan kondisi-kondisi yang mungkin menyebabkan kurangnya asosiasi antara
sikap, kepercayaan dan perilaku adalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya keterlibatan
2.
Kurangnya pengalaman penggunaan produk
secara langsung.
3.
Kurangnya hal-hal yang bersifat
instrumental dirasakan oleh konsumen.
4.
Perubahan kondisi pasar.
5.
Sulit mengakses sikap pada memori
Berikut
ini adalah faktor-faktor yang mengurangi atau melemahkan hubungan antara
keinginan berperilaku yang diukur dengan perilaku yang diamati:
a.
Penghalang waktu.
b.
Tingkat kekhususan yang berbeda.
c.
Kejadian lingkungan yang tak terduga.
d.
Konteks situasional yang tidak terduga.
e.
Derajat control kesengajaan.
f.
Stabilitas keinginan.
g.
Informasi baru
Berdasarkan
penjelasan diatas maka sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan usaha mengubah sikap yaitu:
1.
Kepercayaan lebih mudah diubah dari pada
mengubah manfaat yang diinginkan.
2.
Kepercayaan terhadap merk lebih mudah
diubah daripada sikap.
3.
Sikap lebih mudah diubah ketika produk
adalah low involment.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar